Selasa, 19 Agustus 2008

Abot Dhuwur Mikul Ngisor.

Ada unkapan dalam filosofi jawa yang berbunyi “Abot Dhuwur Mikul Ngisor”, Ungkapan ini memang sekarang tidak populer lagi. khususnya di kaum muda. Secara harafiah ungkapan ini sulit di untuk diterjemahkan kedalam pengertian bahasa Indonesia. Akan tetapi makna yang tersirat dari ungkapan ini, mengacu pada besar tanggung jawab yang menjadi beban seseorang yang telah dewasa. Dalam arti sudah memiliki keluarga, istri dan anak.

Dalam budaya kita, Lelaki memiliki kodrat sebagai pemimpin dalam rumah tangga. Maka tuntutan untuk bertindak sebagai pemimpin menjadi hal yang mutlak diperlukan. Inilah arti dari ungkapan “Abot Dhuwur”. Layaknya sebagai pemimpin, tentu ada hal2 yang harus dipersiapkan.Antara lain sikap dan budipekerti yang layak untuk di teladani, baik diteladani oleh orang lain (teman se usia) maupun kepada istri maupun anak2nya.
Yang menjadi pertanyaan.

1. Apakah pekerti kita sudah siap ?
2. Sejauh mana kita menghormati keluarga sendiri ?
3. Sejauh mana kita mampu memelihara rumah tangga kita untuk mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawadah dan warokhmah.

Ungkapan “Mikul Ngisor” bermakna implementasi tanggung jawab dalam menjaga kelangsungan generasi penerus. Yakni tanggung jawab kepada istri dan anak. Sebagai amanah yang menjadi tanggung jawab lelaki sebagai pemimpin rumah tangga untuk dapat memuliakan istri, dan mencerdaskan anak-anaknya.

Tidak sedikit kaum lelaki gagal menjalankan tanggung jawab sebagai pemimpin rumah tangga. Karena faktor yang sepele, yakni kepincut dengan perempuan lain. Sehingga melupakan tanggung jawabnya kepada keluarga.
Kalau hal ini terjadi, maka akan timbul rentetan alasan untuk menutupi segala bentuk kebohongan.

...................

Ahhhhh.kamu sekarang sudah menjadi lelaki.
Belajarlah menjadi lelaki sejati, belajarlah jadi satria sejati.
Hidup ini laksana gelanggang perkelahian,
Senjatamu adalah keputusanmu.
Kemenanganmu ditentukan oleh keputusanmu.

Kemenanganmu berada pada keputusamu untuk tetap setia kepada dirimu,
s e t i a kepada istrimu, s e t i a kepada anak-anakmu.

Kesetiaan adalah panglimamu.
Kebenaran dan kebaikan adalah nyawamu.
Dan.....jika panglimamu terkapar, tergolek kalah bertarung dan tewas
Maka kebenaran dan kebaikan akan loncat dari dalam ragamu.
Maka kau akan berjalan terseok laksana m a y a t h i d u p yang hanya punya n a f s u.
Tak ada lagi yang berharga didalam dirimu.

Bangun wahai kesetiaan, Ayo bangun...., panglima !!!
Gunakan senjatamu.

dipetik dan disarikan dari “Bende Mataram” karya Herman Prathikto

di posting oleh: Eyang menggung

Tidak ada komentar: