Selasa, 19 Agustus 2008

Ka'bah Universal Time (2)

Seperti yang dijelaskan oleh penulis buku ini (Bambang E. Budhiyono). Bahwa KUT tidak membagi tanggal international menjadi menjadi dua bagian (timur dan Barat). Tetapi dengan menggeser Garis waktu penggantian tanggal 180* meridian ke 40* BT. dan ditetapkan sebagai 0* meridian Ka'bah UT. Dan penggantian tanggal tidak lagi pada jam 00:00 tetapi pada jam 18:00, sebagimana layaknya orang Jawa yang menyatakan bahwa (misal) hari Kamis Sore jam 18:00 adalah malam Jum'at / awal Jum'at). Atau biasa kita menyebut sabtu petang sebagai Malam Minggu. Yang lebih menitik beratkan pada faham tata waktu Jawa.

Struktur meridian tidak lagi dibelah menjadi dua arah tetapi menjadi satu arah mengikuti garis edar matahari dari kiri ke kanan, dimana posisi Greenwich (GMT) terletak pada -40* KUT dan posisi Indonesia / Jakarta menjadi -294* KUT di belakang merdian Ka'bah (Mekkah) atau 19 Jam dibelakang Ka'bah (selisih satu hari dibelakang garis waktu Ka'bah).
pada saat di Mekkah melaksanakan Shalat Maghrib 18:30 GMT tanggal 1 Agustus, maka di Jakarta masih jam 22:30 malam GMT tanggal 31 Juli menjelang Subuh. Dengan demikian tidak lagi mendahului melakukan shalat maghrib untuk tanggal 1 Agustus.

Disadari bahwa memang sulit dipahami secara selintas tanpa membiasakan diri dengan dengan konversi waktu GMT ke KUT yang banyak dipakai oleh para orang tua Jawa dalam menunaikan ibadah Madhah. Adaptasi terhadap perubahan garis waktu dari jam 00:00 maju selama 6 jam ke jam 18:00 bukanlah persoalan yang gampang. Karena ini bukan lagi bersifat sekedar transformasi linear pergeseran meridian yang mengubah tatanan dunia yang telah mapan dan dipakai ratusan tahun. Tetapi lebih bersifat mengembalikan kepada fitrah alam dimana pergerakan alamiah adalah dari kanan ke kiri.
Kanan dikatakan sumbu positip dan kiri sumbu negatip. Yang oleh ilmu pengetahuan sampai sekarang diakui sebagai kebenaran haqiqi.

Lihatlah Thawaf berputar dari kanan kekiri, Bumi berputar dari kanan ke kiri (proyeksi tehadap matahari), Balap mobil, atletik maupun balap sepeda di velodrome semuanya berputar dari arah kanan kekiri. Ini semua bukan hanya kebetulan tetapi telah dipertimbangkan oleh para akhli (pemikir-pemikir) bahwa menentang fitrah alam adalah bentuk "pemberontakan" terhadap sesuatu yang Haq yg menentang energi metafisis.

Penulis buku mengingatkan kita agar kita dapat segera menyadari bahwa dalam beribadah bukan hanya sekedar ikut-ikutan atas aturan yang sudah ada, tetapi lebih menitik beratkan pada kebenaran yang Haq yaitu tidak mendahului seperti yang telah diriwayatkan oleh para ahli hadist / sunnah Rasul.
Buku setebal 103 Halaman menerangkan dengan sangat gamblang *rahasia kalender* dan titik lemah almanak Grogorian terhadap keabsahan ibadah umat muslim

Wassalam
Eyang menggung

Tidak ada komentar: