Selasa, 19 Agustus 2008

JAGA DIRI

Mohon terminologi menjaga diri tidak disamakan dengan membela diri. Dalam Pedoman Gerak Badan Margaluyu Pusat no. 3 yang berbunyi "Ulah ngahanakeun kana cariosan ku anjeun". Yang diartikan sebagai "Anda jangan membuat / ngarang-ngarang cerita ".
Tentu yang dimaksud dengan ngarang cerita, adalah memberitakan sesuatu yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. Dalam artian pedoman ML-Pusat no.3, mengingatkan pribadi kita untuk berperilaku jujur.
Kalau kita bicara soal kejujuran, maka kejujuran adalah adalah tools yang membawa pribadi kita menjadi sosok yang diperhitungkan eksistensinya.

Apakah didunia ini ada orang yang jujur? Kalo ada, lalu siapa orangnya ?

Acap kali kalau ditanya soal kejujuran, dalam pikiran kita yang tergambar selalu berkaitan dengan hal-hal yang bersifat materialistis, untung dan rugi.
Karena terinduksi oleh aneka kesulitan kehidupan ekonomi yang dialami negeri ini, yang mengalami krisis berkepanjangan,

Kalau kejujuran di konversi secara material, maka kita tidak akan menemukan orang yag jujur.
Tetapi Kalau kejujuran dirujuk pada perilaku budi pekerti luhur, kesetiaan, keberanian maka akan didapat jutaan orang yang jujur.

Berapa banyak kehidupan rumah tangga yang berantakan, karena pribadi kita kebanyakan ngarang cerita. Yang tidak sesuai dengan fakta. ?
Berapa banyak orang yang tertimpa kerugian, karena kita menyajikan informasi palsu ?
Berapa banyak hubungan persahabatan yang retak, putus, atau hubungan kekeluargaan menjadi tegang yang dipicu oleh ketidak jujuran dalam memberikan informasi ?.
Berapa banyak kerugian yang diderita akibat dari secara bersama-sama melakukan kesepakatan untuk menutup nutupi fakta, dengan mengarang cerita yang tidak benar.?

Pertanyaan-pertanyaan diatas adalah aneka kejadian yang berkaitan dengan lalainya pribadi diri kita dalam menjaga nama baik / kehormatan diri. Dengan kata lain, jika kita gagal menjaga diri untuk menjunjung kehormatan diri kita sendiri, maka sangatlah tidak mungkin untuk untuk menjaga harkat, kehormatan dan martabat orang lain
Disadari atau tidak, disengaja atau tidak, bisa saja diri kita memiliki konntribusi terjadinya aneka kejadian tersebut diatas. Karena kita gagal mensikapi atau tidak tanggap dalam melakukan tindakan tindakan.
Mungkin uraian dibawah ini, dapat digunakan sebagai referensi untuk menilai arti sebuah pekerti. Mohon tidak dimasukan kedalam hati jika uraian contoh dibawah ini memiliki kemiripan peristiwa yang dialami oleh pribadi kita.

The story :
Si A mengaku kepada sahabatnya si B, bahwa dirinya tidak memiliki relationship yang serius dengan si C. Karena Si A sangat menghormati si B sebagai sahabatnya. Dalam kenyataanya si A sebenarnya sedang mengejar si C. Upayanya di lakukan di hari hari kerja, karena ini adalah kesempatan yang baik. Karena di hari kerja rumah si C sepi, karena tuan/nyonya rumahnya ada dikantor. Dalam setiap bertamu kerumah si C, Si A lupa akan kesantuan adab bertamu. Layaknya seorang tamu, yah mestinya duduk diruang tamu, bukan di ruang lain. Katakanlah "ndeprok" di dapur. Pada saat yang sama, sahabat Si B menghubungi lewat telpon Si A, yang lagi mojok. Kepada si B si A memberikan informasi bahwa dia sedang meeting.dikantor ----(end Story)

Dari story diatas bisa kita pahami. Bagaimana bentuk kualitas kepribadian si A.

1. Pertama.... Si A adalah sosok yang tidak memiliki adab kesantuan dalambersosialisasi
2. Kedua....... SI A adalah sosok yang tidak bisa dipercaya ucapanya.
3. Ketiga....... Si A adalah sosok yang tidak dapat menjaga martabat orang lain
4. Keempat... Si A adalah sosok yang tidak bisa menjaga dirinya sendiri.
5. Kelima...... Si A tidak memiliki kualitas pola pikir dan kualitas hidup yang baik. Jauh dari kesalehan.

Disarikan dari "Manner & To be a Good Man" by David Ike.

Webmaster
Ps: Yg disajikan hanyalah intisari pemahaman, dari sebuah buku bacaan.

Salam Adem Ayem dari:
Eyang menggung

Tidak ada komentar: