Selasa, 19 Agustus 2008

Kecerdasan Bukan Satu-satunya

Sering kali kita jumpai banyak orang mengeluh diperlakukan tidak adil karena mendapat target yang tinggi. Sebaliknya orang merasa happy jika diberi target yang rendah. “Reaksi” semacam ini layaknya sudah menjadi budaya. Keluhan atau perasaan happy sebenarnya adalah keputusan pribadi dari seseorang untuk memberikan penilaian terhadap kemampuanya sendiri dalam mensikapi tantangan yang diberikan. Kalau ianya mengeluh karena di beri target lebih tinggi, artinya menilai dirinya berkemampuan rendah, yang di ekspresikan lewat keluhan. Sebenarnya target tinggi merupakan soalan baru yang harus diselesaikan dengan menggunakan kecerdasan terakhir yang dimiliki saat ini. Dari titik inilah akan terjadi pemikiran baru, pengalaman baru yang pada akhirnya memperluas memori kecerdasan

Kecerdasan meningkat berbanding lurus dengan bertambahnya soalan baru yang dihadapi. Dalam artian bahwa kecerdasan bukanlah sesuatu yang instan. Kecerdasan selalu bersifat modern. Penggunaan dalil lama untuk mencari solusi persoalan saat ini, meski memiliki hubungan kesamaan yang erat, tidak efektip tanpa menggunakan kecerdasan yang disertai dengan pemikiran pemikiran baru. Menggunakan kecerdasan saja tanpa diikuti oleh pemikiran baru akan terlihat bodoh, dan tidak percaya diri menghadapi soalan baru.

Di zaman sekarang boleh saja sesuatu yang instan dianggap modern. Sebut saja mulai mie instan sampai ilmu-ilmu new-ages dan tenaga dalam.
Mie instan, tidak perlu berpikir tinggal ceburkan ke air panas beberapa menit langsung siap bisa disantap.
Tenaga dalam, bayar saja ongkosnya, energi bisa di transfer. Sakti, tidak perlu berlatih.
Bisa dibayangkan, menggunakan kecerdasan tanpa diikuti oleh pemikiran, kita sudah akan terlihat bodoh, apalagi kalau kita ingin mendapatkan sesuatu dengan instan tanpa melatih kecerdasan, terus kita akan terlihat seperti apa ?

Tidaklah ingin mengecilkan arti mereka yang berolah dengan cara instan. Hanya sekedar ingin berbagi cerita, dari pengalaman para sejawat yang pernah “berguru” secara instan,

Eyang menggung

1 komentar:

Unknown mengatakan...

saya kira orang cerdas gak bisa dg contoh yg mas jelaskan......cerdas adalah wajib bagi orang2 berotak.....namun contah yg mas share saya kira tidak mewakili kata cerdas itu sendiri......
seperti yg mas share "Menggunakan kecerdasan saja tanpa diikuti oleh pemikiran baru akan terlihat bodoh, dan tidak percaya diri menghadapi soalan baru"......klo itu sih jauh dari cerdas tho mas2.....
nih lg "Di zaman sekarang boleh saja sesuatu yang instan dianggap modern. Sebut saja mulai mie instan sampai ilmu-ilmu new-ages dan tenaga dalam.
Mie instan, tidak perlu berpikir tinggal ceburkan ke air panas beberapa menit langsung siap bisa disantap.
Tenaga dalam, bayar saja ongkosnya, energi bisa di transfer. Sakti, tidak perlu berlatih.
Bisa dibayangkan, menggunakan kecerdasan tanpa diikuti oleh pemikiran, kita sudah akan terlihat bodoh, apalagi kalau kita ingin mendapatkan sesuatu dengan instan tanpa melatih kecerdasan, terus kita akan terlihat seperti apa ?

Tidaklah ingin mengecilkan arti mereka yang berolah dengan cara instan. Hanya sekedar ingin berbagi cerita, dari pengalaman para sejawat yang pernah “berguru” secara instan".....ini jg bkn cerdas tho mas......
yg lebih parah lagi yg mas share d sini kecerdasan yg bagaimana?....jdi menurut saya yg mas share harusnya berjudul "kegagalan teman sejawat" karena mungkin teman sejawat mas tersebut telah ngobrol dg masnya bahwa dia adalah orang cerdas, namun setelah dia gagal masnya langsung share/posting dg judul "kecerdasan bukanlah satu2nya".....lha klo gini SMS namanya "Senang Melihat teman Susah dan Susah Melihat teman Senang".......
klo menurut saya pribadi cerdas mencakup 2 hal penting.......yaitu :
1. kecerdasan Intelektual.......kecerdasan yg menuntut pemberdayaan otak, hati, jasmani, dan pengaktifan manusia untuk berinteraksi secara fungsional dng yg lain.
2. kecerdasan spiritual.......kecerdasan yg berkenaan dng hati dan kepedulian antarsesama manusia, makhluk lain, dan alam sekitar berdasarkan keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa.
maaf mas klo saya lancang......
klo ada kata dari saya yg kurang berkenan maaf karena saya bkn orang cerdas......saya sangat bodoh dlm semua pemahaman......